follow me on Twitter

Minggu, 25 Oktober 2015

Tugas praktikum Pengantar Usahatani - Review tentang Jurnal Petani - Materi 3 PUT

Tugas praktikum PUT FP UB Materi 3 - Review Profil Petani

Bahan Review : Akar Penyebab Kemiskinan Petani Hortikultura di Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung
Oleh : Tubagus Hasanuddin, Damme Trully G dan Teguh Endaryanto


TUGAS PRAKTIKUM
PENGANTAR USAHA TANI
“Review Jurnal Profil Petani”




Disusun oleh :
Tesa dwi prihandini       : 135040207114001
KELAS : S

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
MALANG
2015

Akar Penyebab Kemiskinan Petani Hortikultura di Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung
Oleh : Tubagus Hasanuddin, Damme Trully G dan Teguh Endaryanto

Isu kemiskinan masih merupakan salah satu permasalahan fundamental dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia sehingga pembangunan belum mampu berfungsi optimal dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Sumodiningrat, 2003). Pada tahun 2006 persentase penduduk miskin di Indonesia meningkat menjadi 17.75% dibandingkan tiga tahun sebelumnya dan peningktana terbesar terdapat di daerah pedesaan sebesar 21.81%. Provinsi Lampung, belum ada program penanggulangan kemiskinan belum mengatasi masalah kemiskinan tersebut. Hal ini ironis jika dilihat bahwa Provinsi Lampung yang terletak di pintu gerbang Pulau Sumatera dan dekat dengan pusat kekuasaan seharusnya menjadi sebuah provinsi yang berkembang dan maju di segala bidang. Pada tahun 2006 Kabupaten Tanggamus sebagai produksi hortikultura ternyata masih memiliki jumlah masyarakat miskin yang cukup besar yaitu 142.162 Kepala Keluarga (KK) miskin.
Sumber kemiskinan pada dasarnya dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu penyebab kemiskinan absolut dan struktural. Kemiskinan absolut terjadi karena proses pemiskinan misalnya faktor ekonomi. Kemiskinan absolut adalah keadaan miskin yang diakibatkan oleh ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan pokoknya seperti untuk makan, pakaian, pendidikan, kesehatan, dan transportasi. Indikator kemiskinan absolut diukur dari batas kemiskinan atau garis kemiskinan (proverty line) baik berupa indikator tunggal maupun komposit seperti nutrisi, kalori, beras, pendapatan, pengeluaran, kebutuhan dasar, atau beberapa kombinasi dari indikator itu (Suharto,1997). Sebaliknya kemiskinan yang struktural erat kaitannya dengan masalah budaya kemiskinan (Soekartawi, 1996).
Potensi Budidaya tanaman cabai dan kubis di daerah sentra produksi hortikultura di Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus, Propinsi Lampung sebenarnya mempunyai potensi yang tergolong baik. Penunjang dari potensi tersebut adalah tanah dan iklim yang mendukung perkembangan tanaman hortikultura. Selain itu transportasi yang memadai dan pasar hasil produksi juga tersedia. Dari aspek lingkungan dan natural jelas bukan aspek pembatas dalam pengembangan hortikutura.
Faktor penyebab kemiskinan Petani Hortikultura :
a.       Aspek Struktural dan Pemilikan Aset
Petani masih terikat dengan pemilik modal/tengkulak untuk menjalankan usahatani maupun memasarkan hasil produksi.
b.      Budaya
-          Keterkaitan petani terhadap pemilik modal/tengkulak tidak hanya pada pelaksanaan proses produksi tetapi telah berkembang menjadi hubungan “balas budi” yaitu saling tergantung satu sama lain.
-          Adanya kegiatan adat “bersih pakon” yang mampu mengeluarkan jumlah uang sangat besar. Dan kegiatan masyarakat seperti arisan juga memerlukan biaya yang cukup besar. Karena itu lah kemampuan menabung petani hortikultura sangat rendah.
c.       Struktur Pasar
-          Struktur pasar cenderung hanya dikuasai oleh beberapa orang dari pemilik modal/tengkulak dan pihak luar menyebabkan tingkat harga kurang sesuai dengan harapan petani.
-          Pendeknya matarantai tataniaga hasil produksi pertanian sehingga hanya di tentukan oleh sepihak yaitu pemilik modal atau tengkulak karena posisinya kuat.
d.      Kelembagaan
-          Keberadaan kelompok tani belum banyak membatu.
-          Lembaga ekonomi dan sosial sebenarnya cukup tersedia namun lembaga ekonomi “belum memihak” kepada petani hortikultura dan lembaga sosial yang ada belum dapat berfungsi secara optimal karena masih dalam posisi “lemah”
e.       Sumber Daya Manusia
-          Kualitas sumberdaya manusia petani hortikultura relatif masih rendah karena sebanyak 90% petani adalah berpendidikan Sekolah Dasar.
-          Sikap pasrah dan rendahnya motivasi mereka untuk mengubah kondisi kemiskinan.

Kesimpulan dan Saran :
Penyebab dari miskinnya petani hortikultura di Kabupaten Tanggamus adalah berasal dari aspek struktural dan budaya. Penyebab spesifiknya adalah sempitnya lahan yang dimiliki, lembaga pemasaran hasil produksi yang dikuasai oleh pihak luar, keterbatasan modal, adat masyarakat setempat, ketergantungan pada tengkulak dan lembgaan keuangan yang dikuasai pihak luar petani, kualitas sumber daya petani yang masih rendah.
Saran yang bisa kami berikan adalah sebaiknya lebih digiatkan lagi campur tangan pemerintah dalam menjalankan lembaga ekonomi dan sosial, agar :
1.      Petani diberi pinjaman modal agar dapat meningkatkan produktivitas melalui intensifikasi (penggunaan bibit unggul, teknologi, dan penggunaan pupuk),
2.      Mampu memberikan penyuluhan terhadap petani hortikultura, peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan pola hidup petani hortikultura.
Mampu menjalankan lembaga pemasaran hasil hortikultura di Kecamatan Tanggamus. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar