Tugas praktikum PUT FP UB Materi 3 - Review Profil Petani
Bahan Review : Akar Penyebab Kemiskinan Petani Hortikultura di Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung
Oleh : Tubagus Hasanuddin, Damme Trully G dan Teguh Endaryanto
TUGAS
PRAKTIKUM
PENGANTAR
USAHA TANI
“Review
Jurnal Profil Petani”
Disusun
oleh :
Tesa
dwi prihandini : 135040207114001
KELAS
: S
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
FAKULTAS
PERTANIAN
PROGRAM
STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
MALANG
2015
Akar Penyebab Kemiskinan Petani
Hortikultura di Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung
Oleh : Tubagus Hasanuddin, Damme
Trully G dan Teguh Endaryanto
Isu
kemiskinan masih merupakan salah satu permasalahan fundamental dalam
pelaksanaan pembangunan di Indonesia sehingga pembangunan belum mampu berfungsi
optimal dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Sumodiningrat, 2003). Pada
tahun 2006 persentase penduduk miskin di Indonesia meningkat menjadi 17.75%
dibandingkan tiga tahun sebelumnya dan peningktana terbesar terdapat di daerah
pedesaan sebesar 21.81%. Provinsi Lampung, belum ada program penanggulangan
kemiskinan belum mengatasi masalah kemiskinan tersebut. Hal ini ironis jika
dilihat bahwa Provinsi Lampung yang terletak di pintu gerbang Pulau Sumatera
dan dekat dengan pusat kekuasaan seharusnya menjadi sebuah provinsi yang
berkembang dan maju di segala bidang. Pada tahun 2006 Kabupaten Tanggamus
sebagai produksi hortikultura ternyata masih memiliki jumlah masyarakat miskin
yang cukup besar yaitu 142.162 Kepala Keluarga (KK) miskin.
Sumber
kemiskinan pada dasarnya dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu penyebab
kemiskinan absolut dan struktural. Kemiskinan absolut terjadi karena proses
pemiskinan misalnya faktor ekonomi. Kemiskinan absolut adalah keadaan miskin
yang diakibatkan oleh ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan
pokoknya seperti untuk makan, pakaian, pendidikan, kesehatan, dan transportasi.
Indikator kemiskinan absolut diukur dari batas kemiskinan atau garis kemiskinan
(proverty line) baik berupa indikator tunggal maupun komposit seperti nutrisi,
kalori, beras, pendapatan, pengeluaran, kebutuhan dasar, atau beberapa
kombinasi dari indikator itu (Suharto,1997). Sebaliknya kemiskinan yang
struktural erat kaitannya dengan masalah budaya kemiskinan (Soekartawi, 1996).
Potensi
Budidaya tanaman cabai dan kubis di daerah sentra produksi hortikultura di
Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus, Propinsi Lampung sebenarnya mempunyai
potensi yang tergolong baik. Penunjang dari potensi tersebut adalah tanah dan
iklim yang mendukung perkembangan tanaman hortikultura. Selain itu transportasi
yang memadai dan pasar hasil produksi juga tersedia. Dari aspek lingkungan dan
natural jelas bukan aspek pembatas dalam pengembangan hortikutura.
Faktor penyebab
kemiskinan Petani Hortikultura :
a.
Aspek Struktural dan Pemilikan Aset
Petani
masih terikat dengan pemilik modal/tengkulak untuk menjalankan usahatani maupun
memasarkan hasil produksi.
b.
Budaya
-
Keterkaitan petani terhadap pemilik
modal/tengkulak tidak hanya pada pelaksanaan proses produksi tetapi telah
berkembang menjadi hubungan “balas budi” yaitu saling tergantung satu sama
lain.
-
Adanya kegiatan adat “bersih pakon” yang
mampu mengeluarkan jumlah uang sangat besar. Dan kegiatan masyarakat seperti
arisan juga memerlukan biaya yang cukup besar. Karena itu lah kemampuan
menabung petani hortikultura sangat rendah.
c.
Struktur Pasar
-
Struktur pasar cenderung hanya dikuasai
oleh beberapa orang dari pemilik modal/tengkulak dan pihak luar menyebabkan
tingkat harga kurang sesuai dengan harapan petani.
-
Pendeknya matarantai tataniaga hasil
produksi pertanian sehingga hanya di tentukan oleh sepihak yaitu pemilik modal
atau tengkulak karena posisinya kuat.
d.
Kelembagaan
-
Keberadaan kelompok tani belum banyak
membatu.
-
Lembaga ekonomi dan sosial sebenarnya
cukup tersedia namun lembaga ekonomi “belum memihak” kepada petani hortikultura
dan lembaga sosial yang ada belum dapat berfungsi secara optimal karena masih
dalam posisi “lemah”
e.
Sumber Daya Manusia
-
Kualitas sumberdaya manusia petani
hortikultura relatif masih rendah karena sebanyak 90% petani adalah
berpendidikan Sekolah Dasar.
-
Sikap pasrah dan rendahnya motivasi
mereka untuk mengubah kondisi kemiskinan.
Kesimpulan dan Saran :
Penyebab
dari miskinnya petani hortikultura di Kabupaten Tanggamus adalah berasal dari
aspek struktural dan budaya. Penyebab spesifiknya adalah sempitnya lahan yang
dimiliki, lembaga pemasaran hasil produksi yang dikuasai oleh pihak luar,
keterbatasan modal, adat masyarakat setempat, ketergantungan pada tengkulak dan
lembgaan keuangan yang dikuasai pihak luar petani, kualitas sumber daya petani
yang masih rendah.
Saran
yang bisa kami berikan adalah sebaiknya lebih digiatkan lagi campur tangan
pemerintah dalam menjalankan lembaga ekonomi dan sosial, agar :
1.
Petani diberi pinjaman modal agar dapat
meningkatkan produktivitas melalui intensifikasi (penggunaan bibit unggul, teknologi,
dan penggunaan pupuk),
2.
Mampu memberikan penyuluhan terhadap
petani hortikultura, peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan pola hidup
petani hortikultura.
Mampu menjalankan
lembaga pemasaran hasil hortikultura di Kecamatan Tanggamus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar