follow me on Twitter

Rabu, 29 Oktober 2014

Belajar arti sebuah Keikhlasan

H+3 lebaran ba’dha maghrib...
Siti Ai’syah dan Mufida Lailatul Khutsiah mengetuk pintu rumahku dan mengucap salam. Aku yang berada didalam kamar spontan langsung menuju ruang tamu untuk menemui mereka, lalu kembali menuju kamar mengambil uang dan kunci motor. Mulailah kami menyalakan mesin motor matic dan menuntunnya kesebuah ruko dekat masjid desa. Yah disana lah rumah guru ngajiku sewaktu aku eSDe. Beliau bercerita tentang kematian ibundanya dan kegiatan-kegiatan beliau hari ini. Perbincangan kami sempat kepause lantaran Dhe Jun mengambilkan minum dan melayani pembeli. Saat itu si Isa dan Wida bercerita tentang pacar, wkwkwk dalam hati sedikit arrgh bingung gimana menjelaskannya :D. Wida bilang kalau temenku si Kutul (nama aslinya Lailatul Fauziah, dia 1 jurusan denganku dan 1 kontrakan dengan si Wida) dia ga suka sama cewe barunya si RNP. Aku sebenarnya sudah mendengar sendiri dari mulut Kutul gimana ga sukanya dia dan umpatan-umpatan yang ia berikan. Aku gatau harus senang apa sedih :D. Lanjut lagi dengan pembicara Dhe Jun, beliau bercerita murid-muridnya, kegiatan takbir kemarin, anak yang punya indera ke-6, larangan ketika menstruasi, kaka kelasku yag sekarang di Jogja yang ingin bisa lihat makhluk ghaib, banyak deh pokoknya tapi yang paling sering tentang ibunya dan anaknya.  Beliau  berpesan kepada kita untuk menjadi wanita sholehah, berbakti kepada orangtua terutama IBU, dan belajar untuk ikhlas.
Sejenak aku merenung, yah merenungi apa yang terjadi kepadaku bulan-bulan lalu. Jika telingaku mendengar kata itu pasti otakku langsung mengais-ais apa yang tersisa di ingatanku. Yah, selama berbulan-bulan ini aku kehilangan senyumku, kehilangan semangatku. Waktu itu aku mencoba menganggap biasa saja setelah putus dengan RNP. Meskipun aku tau bahwa aku marah dengannya dan aku ga mau memaafkannya. Bulan berikutnya aku mendapat keceriaan lagi melalui teman-teman cowoku, kita bisa saling berbagi cerita dan aku rasa mereka lebih aman dibanding dengan teman cewe. Lantas apa yang terjadi dengan teman cewemu Tesa? Dia-dia-dia teman 1 kampusku sekaligus teman kosku aku rasa mereka semakin tertutup denganku awalnya aku gatau kenapa tapi akhirnya aku tau. Jika boleh jujur aku marah sama kalian :’( kalian yang dulunya aku anggap saudara tbtb menjelma jadi sekumpulan orang asing di kos Pa Hendro. Untung masih ada Uus yang setia mendengar keluh kesahku. Aku ini sebenarnya siapa? Orang yang terlalu pendiam atau orang yang terbuka dengan orang lain atau orang yang terlalu polos? Bisa-bisanya dia seorang teman mencuri dengan terang-terangan informasi tentang aku dan diberikan kepada orang lain. Dan ketika aku curi balik tentang orang itu dia ga memberikan semenjak itu aku berfikir ga semuanya tentang perasaan bisa diceritakan kepada teman sekalipun itu teman yang ngakunya ga akan cerita ke siapa-siapa. Tapi aku bukan orng bodoh yang memberikan peta barang berharga kepada maling. Maaf peta yang kalian dapat dariku itu palsu. Inilah yang aku bilang kenapa temen cowo lebih aman. Aku punya seribu kotak misteri yang aku sendiri susah untuk membukanya. Aku lebih suka bercerita ketika aku diam jauh lebih aman dan boss dari pencuri itu tak akan mendapatkannya hahhaa #ngalay. Tak sepenuhnya aku cerita kepada diam, aku punya teman namanya Sri Wahyuni aku sering bercerita kepadanya dan meskipun dia jauh dan sibuk dia menyempatkan membaca ketikanku melalui sms, dm twitter, dan juga email. Dia temanku dari eSDe, sekarang kita sering manggil dengan panggilan “men” tau kenapa? Kata itu muncul dari smsan ku dengan RNP yang tidak sengaja menggunakan kata itu waktu itu aku 1 kamar kos dengan yuni dan lambat laut dia jadi ikut-ikutan kepanggil “men” J. Aku juga punya temen jauh yang setia memmoveon kan aku yaitu Dinike Rara Puspitasari gadis kelahiran 14 maret 1995 yang sedang menjalani perkuliahan di universitas negeri di Pulau Dewata, Miftakhur Rohma Oktavia mahasiswa fakultas Ilmu Admistrasi bisnis, dan Miftakhul Annisa kakak tertua dari 3 bersaudara.
Masalah utamaku bukan dengan orang yang sudah menjalin hubungan denganku selama 4 tahun setengah, tapi dengan dia. Yah dia yang-namanya-tidak-boleh-disebut. Seolah-olah melupakan apa yang terjadi. Tapi sudahlah hari ini aku sudah benar-benar lupa dengan dia yang-namanya-tidak-boleh-disebut tapi sekarang yah inget gara-gara ngetik tentang dia. Aku gamau cerita tentang dia yang-namanya-tidak-boleh-disebut bisa-bisa ada yang nangis baca postingan ini #opsss sorry don’t cry baby J. Disini aku pengen kamu bisa melihat sedikit cahaya dari kotak misteriku. “ga seharusnya kamu menjadi orang lain ketika di dekatku, ga seharusnya aku bertindak bodoh seolah aku tak tau apa yang terjadi, ga seharusnya ga seharusnya ga seharusnya ga seharusnya”. Jika kamu mempunyai saudara kembar dan kamu mendapat sebuah kaos baru dari ayahmu, ceritakan itu pada saudaramu jangan sembunyikan kaos tersebut dalam lemari. Karena ketika kaos itu telah usang maka saudaramu akan bertanya-tanya kenapa tidak dari awal kamu bercerita. Di kehidupan sih emang kita bukan saudara tapi kita balik saja sekarang gimana kalau kamu di posisiku “Piye jal perasaanmu?” :D #akurapopo.
Aku juga kepikiran keluargaku, huuuufft kalau kelurga lebih baik di sensor aja :p kaga boleh cerita-cerita tentang keluarga. Cerita itu makin menarik ketika dibumbui dengan resep yang orang tidak tau. Yahh ini yang aku maksud aku ga mau cerita apa yang menjadi difikiranku waktu itu tentang keluargaku, aku juga ga mau nyeritain apa yah istilahnya aib keluarga, bisa saja kan aku menambah bumbu yang orang lain tidak tau. “kaga boleh ceria aneh-aneh nanti mama marah !!” :D yang aku tau keluargaku itu orang yang terbaik yang memberi ilmu untuk ku pakai ketika aku masih hidup dan ilmu yang harus diamalkan ketika aku sudah meninggal. Terima kasih :*

Ikhlas itu susah jika kita masih belum bisa memulai dari hati. Dari hati? Bukankah hatiku hancur setelah kejadian-kejadian yang memuntahkan seluruh diamku selama ini? Aku tersenyum ketika mendengar kata ikhlas. Hanya itu yang mampu diexpresikan oleh bibirku, walaupun hati tidak selamanya sejalan dengan bibir. Sudahlah Tesa, ini tahun baru untuk membuka catatan baru. Belum terlambat jika kamu mau memaafkan dirimu sendiri yah maaf kalau aku ga sepenuhnya ikhlas dengan semua yang terlibat. Tenang jangan buru-buru kesel jika ada yang terlibat dalam ini, sejalan dengan waktu MUNGKIN aku bisa ikhlas. Masa lalu ibarat kaca spion, bukan untuk kebelakang tapi untuk melesat kedepan J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar